Kamis, 22 Mei 2008

Benarkah Ada Meteorit Jatuh di Bali ?


Pagi ini masyarakat di area persawahan desa Sukawati, Gianyar, Bali dikejutkan dengan keberadaan kubangan sebesar 1 meter dengan kedalaman 30 cm. Diperkirakan ada sebuah benda yang jatuh dari langit dan menghantam daerah persawahan tersebut sehingga menimbulkan kubangan sedalam 30 cm.

Pagi ini masyarakat di area persawahan desa Sukawati, Gianyar, Bali dikejutkan dengan keberadaan kubangan sebesar 1 meter dengan kedalaman 30 cm. Diperkirakan ada sebuah benda yang jatuh dari langit dan menghantam daerah persawahan tersebut sehingga menimbulkan kubangan sedalam 30 cm.

Dari pengakuan warga, tampaknya mereka melihat ada cahaya yang turun dari langit pada tanggal 1 januari, namun tidak mereka hiraukan. Selain itu masih menurut warga, terdengar ada ledakan dini hari tadi dan menduga ledakan tersebut sebagi pemicu terbentuknya kubangan. Ledakan tersebut juga awalnya dianggap sebagai ledakan petasan. Namun pagi ini diperkirakan benda tersebut adalah sebuah objek langit yang jatuh ke Bumi dan dikenal sebagai meteorit.

080102cmeteorsctv.jpgDari hasil olah TKP kepolisian setempat, ditemukan 3 buah batuan kecil dengan tekstur mirip batu apung di dalam kubangan tersebut. Apakah batuan ini benar meteorit? Tentu saja penelitian lanjutanlah yang akan membuktikannya. Saat ini batu-batu tersebut dibawa ke ahli geologi untuk diteliti. Kalau benar itu sebuah meteor, tentu akan menarik untuk mempelajari kandungan batuan tersebut. Dari kubangan atau kawah yang terbentuk memang terlihat merupakan akibat dari hantaman meteorit yang sampai ke Bumi.

Bagi kalangan astronom, meteor adalah hal biasa yang terlihat di langit malam. Kadang objek tersebut masuk dalam atmosfer Bumi dan lolos sampai di permukaan Bumi. Jatuhnya meteorit tersebut memang sering menimbulkan ledakan. Tak heran karena objek meteorit tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi dan kemudian menumbuk permukaan Bumi. Batu meteorit yang ditemukan tak lama setelah jatuh digolongkan dalam kategori finds.

Dari pengakuan warga, tampaknya mereka melihat ada cahaya yang turun dari langit pada tanggal 1 januari, namun tidak mereka hiraukan. Selain itu masih menurut warga, terdengar ada ledakan dini hari tadi dan menduga ledakan tersebut sebagi pemicu terbentuknya kubangan. Ledakan tersebut juga awalnya dianggap sebagai ledakan petasan. Namun pagi ini diperkirakan benda tersebut adalah sebuah objek langit yang jatuh ke Bumi dan dikenal sebagai meteorit.

080102cmeteorsctv.jpgDari hasil olah TKP kepolisian setempat, ditemukan 3 buah batuan kecil dengan tekstur mirip batu apung di dalam kubangan tersebut. Apakah batuan ini benar meteorit? Tentu saja penelitian lanjutanlah yang akan membuktikannya. Saat ini batu-batu tersebut dibawa ke ahli geologi untuk diteliti. Kalau benar itu sebuah meteor, tentu akan menarik untuk mempelajari kandungan batuan tersebut. Dari kubangan atau kawah yang terbentuk memang terlihat merupakan akibat dari hantaman meteorit yang sampai ke Bumi.

Bagi kalangan astronom, meteor adalah hal biasa yang terlihat di langit malam. Kadang objek tersebut masuk dalam atmosfer Bumi dan lolos sampai di permukaan Bumi. Jatuhnya meteorit tersebut memang sering menimbulkan ledakan. Tak heran karena objek meteorit tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi dan kemudian menumbuk permukaan Bumi. Batu meteorit yang ditemukan tak lama setelah jatuh digolongkan dalam kategori finds.

Ledakan Bintang Berhasil Dilihat Secara Langsung




Ketika bintang meledak, biasanya kejadiannya sangat cepat sehingga astronom hanya bisa melihat sisa-sisa ledakannya. Namun dalam sebuah keberuntungan, sebuah satelit berhasil menangkap ledakan sinar X dari sebuah bintang yang tengah mengakhiri hidupnya saat kejadiannya ledakan itu sedang terbentang.

Penemuan ini mengkonfirmasikan kembali teori lama bahwa sinyal sinar X seperti itu memang terjadi sebagai akibat dari supernova atau ledakan bintang. Selain itu penemuan ini menjadi titik awal untuk kemungkinan pengamatan supernova yang sedang meledak di masa mendatang.

Bintang menjalani hidupnya dalam keidupan yang penuh kesetimbangan : gravitasi menghancurkan gas bintang, sementara energi hasil reaksi fusi nuklir mendorong gas itu kembali keluar. Tapi ketika bintang kehabisan bahan bakar, gravitasi akhirnya menang dan bintang tiba-tiba mengalami keruntuhan besar. Pada bintang yang masif, pantulan yang terjadi sebagai akibat dari kompresi yang tiba-tiba itu adalah ledakan yang masif, sebuah supernova.

Tertangkap Saat Beraksi
Tidak ada cara untuk bisa memprediksi kapan dan dimana di alam semesta ini supernova akan terjadi. Selain itu kejadiannya sangat singkat hanya beberapa menit dan sangat sulit mendeteksi sinyalnya. Tapi bagi seorang Alicia Sodelberg, peneliti postdoctoral dari Princeton University, New Jersey, ia sangat beruntung bisa melihat kejadian tersebut secara langsung. Karena sampai sebelum ia berhasil melihat supernova, kita hanya bisa mengetahui dan melihat sisa-sisa kejadian supernova..

Hari itu, tanggal 9 Januari 2008, Alicia melihat ledakan saat ia sedang menggunakan satelit Swift gamma-ray burst untuk mengamati sisa ledakan supernova di galaksi dekat, saat tiba-tiba sebuah ledakan sinar X menyala. Kilatan sinar X itu hanya berlangsung beberapa menit, namun walau hanya sesaat Alicia mengetahui kalau ia sedang menjadi saksi sejarah kematian sebuah bintang.

Menurut Alicia, saat ia melihat kejadian tersebut, dengan segera dirinya mengarahkan seluruh teleskop yang bisa diraihnya ke arah suppernova tersebut. Pengamatan di berbagai observatorium di sleuruh dunia memang mengarahkan matanya untuk mengamati galaksi jauh dan mengamati ledakan disana saat ledakan itu sudah padam. Hasilnya adalah pendataan yang hampir lengkap terhadap setiap kejadian supernova sampai detik ini.

Ledakan Kematian
Menurut Alicia, kejadian yang dilihatnya memberi petunjuk baru bagaimana bintang mati. Saat bintang akan menghadapi kematiannya, semua berjalan sangat normal, terlihat seperti biasa sampai kemudian dengan tiba-tiba terjadi kilatan kematian. Sebuah ledakan maha besar. “Bintang itu tetap tampak kuat sampai di menit terakhir”, kata Alicia

Pada menit-menit terakhir, inti bintang tiba-tiba runtuh terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan teori, inti yang runtuh itu akan dipantulkan keluar dan mengalami tabrakan dengan lapisan terluar bintang sehingga tercipta sinar X yang tertangkap oleh sateli Swift.

Kejadian yang dilihat Alicia ini mengkonfirmasi teori yang mengatakan supernova selalu diiringi oleh ledakan sinar X. Menurut Roger Chevalier, astronom dari University of Virginia di Charlottesville, “jumlah energi yang dilihat pada kejadian itu memang sesuai dengan yang dimodelkan”. Selain itu menurut Chevalier, tim astronom yang berhasil melihat supernova sedang beraksi ini benar-enar sedang mengalami keberuntungan. Bahkan Alicia pun setuju tentang ini.

“Saya sedang memenangkan lotere astronomi”, kata Alicia.

Namun menurut Alicia, di masa mendatang, pengamatan tidak akan terus bergantung pada keberuntungan untuk bisa menemukan kejadian seperti itu. Sebuah teleksop sinar X generasi baru sedang dalam perencanaan. Teleskop ini akan bisa mengamati medan langit yang luas, dengan demiian diharapkan di masa mendatang ia akan bisa menangkap lebih banyak ledakan serupa.

Sumber : Nature


Materi Yang Hilang Di Alam Semesta Ditemukan



Materi yang hilang di alam semesta berhasil ditemukan oleh tim peneliti dari Jerman dan Belanda menggunakan satelit sinar X milik Eropa, XMM-Newton. Wah bagaimana caranya?

Pengamatan dilakukan terhadap filamen gas panas yang menghubungkan dua kelompok (cluster) galaksi, dan sepertinya gas panas ini merupakan bagian dari materi barryonik yang hilang, Keberadaan gas panas dengan temperatur 10 000 - 10 000 000 derajat, juga dikenal sebagai medium antar galaksi yang cukup panas. Gas tipis tersebut 10 tahun lalu diprediksikan sebagai bagian dari materi kelam (gelap) yang hilang. Gas yang berada pada temperatur yang sangat tinggi dan kerapatan yang sangat rendah seperti ga panas yang ditemukan tersebut memang sulit untuk dideteksi. Beberapa kali usaha untuk mengamati gas ini si masa lalu selalu berakhir dengan kegagalan.

Bagaimana gas yang jarang ini bisa ditemukan? Pengamatan dilakukan pada sepasang cluster galaksi yakni Abell 222 dan Abell 223 menggunakan XMM Newton. Hasil pengamatan menunjukan ada jembatan yang menghubungkan kedua cluster galaksi tersebut. Setelah dilakukan pengamatan intensif, akhirnya diperkirakan kalau gas itu merupakan bagian terpanas dan rapat dari hamburan gas di jaringan kosmik, yang sekaligus merupakan bagian yang hilang dari baryonic materi kelam.

Sebagian besar materri dan energi di alam semesta memang masih belum dikenal dan diketahui, karena itu disebut materi kelam dan energi kelam. Energi kelam mengisi 72% dari seluruh energi di alam semesta, sementara 23 % dari total materi yang ada ternyata terbentuk dari materi kelam yang disusun oleh partikel berat yang maish menunggu untuk ditemukan. Sisa materi yang 5% lagi di alam semesta ternyata terbentuk dari materi yang sudah kita kenal, yakni materi yang juga kita temui di Bumi dan membentuk bintang dan planet. Materi tersebut terdiri dari proton dan neutron - yang disebut baryon - dan elektron, yang kesemuanya membangun sebuah atom. Tapi tetap saja dari materi yang 5 % itu, masih ada materi baryonic yang hilang.

Jembatan yang dideteksi menghubungkan Abell 222 dan Abell 223 diperkirakan memang merupakan bagian dari materi baryonik yang hilang tersebut. Materi di alam semesta terdistribusi dalam struktur yang mirip jaringan dan cluster galaksi memang merupakan simpul padat di dalam jaringan kosmik ini. Selama 10 tahun para astronom berpikir kalau materi baryonick yang hilang itu merupakan gas yang panas dengan kerapatan rendah yang bisa menembus struktur filamen jaringan kosmik. Sehingga gas tersebut sangat sulit dideteksi karena kerapatannya yang sangat renggang. Gas langka ini juga bisa ditemukan karena struktur geometri kedua cluster galaksi tersebut.

Kalau dilihat dari Bumi, filamen yang menghubungkan ke dua galaksi terlihat sejajar dari garis pandang kita, sehingga seluruh emisi dari filamen terkonsentrasi di satu area kecil di langit, dan memungkinkan pendeteksian. Observasi sebelumnya, pada level sensitivitas lebih rendah hanya memperkenankan para astronom mendeteksi cluster dan beberapa grup galaksi, simpul terpadat di jaringan. Sensitivitas pada level yang lebih tinggi sekarang bisa didapat melalui pengamatan dengan menggunakan XMM Newton, sehingga kabel yang menghubungkan jaringan kosmik pun bisa teramati.

Penemuan materi yang hilang ini pada kenyataannya merupakan satu langkah maju dalam memahami distribusi materi dalam struktur skala besar alam semesta.

Lubang hitam itu tempat yang sangat misterius, eksotis dan selalu menarik perhatian. Semenjak adanya rumusan Einstein dalam Teori Relativitas Khusus-nya, lubang hitam dipercaya bisa menyebabkan ruang dan waktu ‘melengkung’, sedemkian rupa sehingga bisa diringkas dalam sebuah titik kecil yang disebut sebagai singularitas. Dalam kesingularitasan tersebut bahkan cahaya tidak dapat lepas dari situ. Lalu kemanakah hilangnya cahaya dan materi bila terhisap dalam lubang hitam?

Stephen Hawking telah memikirkan semenjak tahun 1970-an bahwa lubang hitam suatu ketika - dalam skala waktu yang panjang-panjang sekali, milyar-milyar-milyar tahun - akan menguap dan habis. Masalah dengan ide pak Hawking adalah teorinya bertentangan dengan mekanika kuantum; yang ajaran utamanya menyatakan, tidak ada informasi yang boleh hilang. Pertentangan ini masih menjadi pemikiran panjang bagi Hawking, sehingga dia menarik lagi perumusannya tersebut.

Belum lama, fisikawan dari Pennsylvania State University di State College menunjukkan bahwa apa yang telah dilakukan Hawking adalah tepat. Dengan mempelajari kuantum gravitasi, Abhay Ashtekar bersama teman-temannya, Victor Tavares dan Madhavan Varadrajan menghitung bahwa singularitas tidak boleh ada. Menurut relativitas, singularitas senggieng: Belum lama, fisikawan dari Pennsylvania State University di State College menunjukkan bahwa apa yang telah dilakukan Hawking adalah tepat. Dengan mempelajari kuantum gravitasi, Abhay Ashtekar bersama teman-temannya, Victor Tavares dan Madhavan Varadrajan menghitung bahwa singularitas tidak boleh ada. Menurut relativitas, singularitas secara esensi merupakan ujung ketika ruang-waktu berakhir. Dengan mempergunakan perhitungan yang sangat rumit, Ashtekar dkk memperlihatkan bahwa singularitas tidak boleh ada dalam kuantum gravitasi, yang artinya; kendati inti lubang hitam sangat-sangat padat, tetapi tidak cukup padat untuk menyimpan informasi untuk selamanya. Menurut Ashtekar, “Ruang-waktu Kuantum tidak berakhir pada singularitas”.

Demikian temuan yang dilaporkan dalam ‘Physical Review Letters’ 20 Mei, yang merupakan kabar baik bagi mekanika kuantum, karena ternyata informasi tidak perlu secara permanen menghilang, tetapi kembali kepada relativitas Einstein: Lalu bagaimana dengan singularitas?

Menurut Asthekar lebih lanjut, “Berarti, jika lubang-hitam BUKAN merupakan singularitas; berarti continuum ruang-waktu yang diuraikan oleh Einstein merupakan sebuah pendekatan. Itu bukanlah hal yang buruk, tetapi telah membuka pintu pada ranah baru dalam ilmu pengetahuan, yang jauh melampaui rumusan Einstein.”

Sementara pekerjaan tim tersebut telah memberikan dasar matematika untuk melihat lubang-hitam, menurut astronom dari NASA, Kimberly Weaver. Menurutnya “Lubang-hitam sangat-sangat misterius, sehingga perumusan ini mungkin adalah satu-satunya cara untuk melihat apa yang terjadi di dalamnya.”

“Selanjutnya, para astronom akan mencari bukti bahwa lubang-hitam mengalami ‘penguapan’. Dengan demikian maka bisa diamati adanya informasi yang keluar. Tentunya ini sangatlah menarik” ujarnya lebih lanjut.

Sumber : Science Now